KEK Singhasari Digugat! Warga Bangkit, Ancaman Blokade Di Depan Mata

Foto : Spanduk Protes Warga Singosari
banner 468x60

MALANG | Wartapawitra.com – Amarah warga Singosari meledak! Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari yang digadang-gadang sebagai proyek strategis nasional kini berubah jadi simbol penindasan dan ketidakadilan. Warga tak lagi diam. Spanduk perlawanan bermunculan, suara protes menggema di jalan dan dunia maya, menyuarakan satu tuntutan tegas: Bubarkan KEK sekarang juga!.

Jumat (2/5/2025), suasana Desa Klampok makin panas. Puluhan spanduk bernada keras menghiasi akses menuju kawasan KEK. Tak ada lagi basa-basi: “KEK : Kapitalisme Eksploitasi Kawasan”, “Singosari Bukan Kawasan Bisnis, Tapi Kawasan Santri!”,  hingga “Tulung Pak Presiden, Bubarno KEK Singhasari Saiki Uga!”, sebuah teriakan digital warga yang viral dan menyulut solidaritas.

Kemarahan warga tak datang tiba-tiba. Sudah tiga tahun proyek ini berjalan, namun janji kesejahteraan hanya tinggal slogan. Yang dirasakan warga justru penggusuran, kerusakan lingkungan, dan pengabaian terhadap nilai budaya lokal.

Tokoh budaya sekaligus dalang kawakan Singosari, Ki Ardhi Purbo Antono, angkat suara dengan nada yang tak bisa ditawar:

“Proyek ini dijalankan oleh makelar intelektual! Rakyat dikhianati, tatanan rusak, negara bangkrut! Kalau tak bisa membawa manfaat untuk rakyat, bubarkan saja KEK!”, tegasnya.

Ki Ardhi menuding KEK Singhasari berjalan tanpa partisipasi warga, tanpa pijakan pada sejarah, tanpa rasa hormat pada akar budaya. Ia menegaskan: proyek ini telah keluar jalur dan harus dihentikan sebelum luka makin dalam.

DPRD Kabupaten Malang juga bersuara lantang. Melalui laporan Pansus LKPJ Bupati 2024, mereka menyatakan KEK Singhasari nihil dampak bagi ekonomi lokal. Bahkan, Anggota DPRD Zulham Akhmad Mubarrok menyebut KEK hanyalah proyek seremonial yang minim substansi.

“Terkesan KEK hanya menjadi ajang seremonial saja, dan keterlibatan warga asli kabupaten sangat minim. Sebenarnya untuk apa ada KEK ini kan perlu dipertanyakan?”, terangnya.

Diresmikan lewat Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2019 dan diklaim fokus pada teknologi dan pariwisata, KEK Singhasari berdiri di atas lahan 120,3 hektare. Namun sejak resmi beroperasi November 2022, tak ada geliat ekonomi yang benar-benar dirasakan masyarakat. Yang muncul hanyalah kegelisahan dan rasa terpinggirkan.

Kini, warga Singosari tengah mengorganisir langkah ekstrem. Aksi massa besar sudah disiapkan. Ancaman pemblokiran jalur KEK tinggal menunggu waktu. Warga bersumpah, jika suara mereka terus diabaikan, mereka akan turun ke jalan. Mereka tak ingin jadi korban proyek nasional yang hanya menguntungkan segelintir elit. (Adr/Red).

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *